- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
Beda fotografer pro dan amatir
Secara umum, seorang amatir diartikan sebagai
orang yang mencintai fotografi dan tidak menghasilkan uang dari kegiatan
tersebut. Sedangkan seorang fotografer pro adalah seorang fotografer yang
menghasilkan uang dari fotografi. Definisi diatas agak janggal karena hanya
melihat dari sisi luarnya saja. Sesuai definisi diatas, banyak fotografer pro
memiliki hasil karya yang dibawah standar. Di lain pihak, banyak yang masuk
definisi fotografer amatir tapi memiliki karya yang jauh lebih bagus dan
konsisten. Bukannya agak aneh memberikan gelar “pro” kepada tukang foto
keliling dan “amatir” kepada fotografer yang menghasilkan karya yang
spektakuler tapi tidak menjual jasa/karyanya?
Maka itu, menurut saya perlu ada redefinisi
istilah amatir dan fotografer pro supaya lebih sesuai. Definisi pro dan amatir
seharusnya tidak berdasarkan masalah uang semata. Menurut yang saya amati,
fotografer pro dan amatir memiliki perbedaan yang kontras dalam cara pikir dan
kebiasaan mereka. Ciri-ciri dibawah ini tidak hanya berlaku dibidang fotografi
saja tapi juga dibidang pekerjaan lainnya.
Canon eos 1100d, f/6.3, ISO-200, 1/125sec photografer ; Heru Nurjati |
Pro bekerja dengan konsentrasi tinggi dan
cenderung menjelajahi sesuatu secara mendalam, sedangkan amatir mudah
teralihkan perhatiannya dan biasanya mempelajari sesuatu hanya sebatas di
permukaan saja. Misalnya, profesional giat belajar dan konsisten dalam
berlatih. Sedangkan amatir berlatih kalau hanya suasana hatinya lagi bagus
saja. Saat pro berlatih di studio, amatir sibuk dengan bb, twitter dan
facebooknya. Sewaktu praktik juga sering tidak serius. Jika pergi ke suatu
tempat, Pro akan menjelajah lebih lama tentang tempat itu, mencari tahu apa
keunikan dan karakter suatu tempat. Kalau perlu nungguin dari pagi sampai malam
untuk mendapatkan cahaya yang paling sesuai dengan imajinasinya. Jika bertemu
seseorang, fotografer pro akan mencoba mengenal dan menggali lebih dalam
tentang orang tersebut. Sedangkan amatir akan sekedar jeprat-jepret lalu
kembali naik ke mobil. Profesional tahu apa yg harus dikerjakan dan jalan mana
yang harus ditempuh. Jalan tersebut kecil dan terjal, tapi jelas dan tidak
bercabang. Sedangkan amatir senantiasa terpengaruh dengan jalan yang
bercabang-cabang dengan tujuan yang tidak jelas.
Amatir sangat membutuhkan pengakuan dari
kelompok/gangnya. Maka itu banyak amatir yang menempelkan watermark yang berisi
kata-kata yang dianggap keren seperti “Blablabla Photoworks” dan kemudian sibuk
mentag orang-orang yang berada di jejaring sosial dengan agresif. Kalau dapat
banyak “like” atau komentar yang bagus rasanya tubuh jadi ringan, rasanya
seperti melayang. Masalahnya, “like” di Facebook kebanyakan itu sebagai bentuk
dukungan teman saja tapi belum berarti karyanya bagus. Ironisnya, amatir juga
takut hasil fotonya terlalu bagus. Jika fotonya terlalu menonjol dari yang
lainnya, kemungkinan besar akan dikritik dan dikucilkan oleh “geng”-nya.
Mungkin salah satu hal yg paling membedakan
antara pro dan amatir adalah amatir suka mencari jalan pintas sedangkan pro
siap menjalani jalan yang sulit dan panjang untuk mencapai impiannya. Salah
satu contohnya, amatir biasanya mencoba mengatasi masalah mereka dengan membeli
kamera dan lensa baru. Harapannya mainan baru tersebut dapat mengatasi
kekurangan teknik dan seni mereka dengan cepat. Saat mengajak mengikuti kursus
fotografi, kadang-kadang saya mendapatkan komentar “kok mahal?”, jawaban
semacam ini yg selalu mengagetkan saya karena saya tahu peralatan fotografi
mereka rata-rata tidak kurang dari sepuluh juta, belum lagi aksesorisnya.
Biaya kursus (di Infofotografi)dibawah 10 persen dari harga kameranya. Di
lain pihak, pro menyadari peralatan yang sesuai saja tidak cukup, seni dan
teknik lebih penting untuk terus dipelajari dan diasah. Amatir yang ingin
menjadi pro terus menerus belajar dan praktik yang konsisten.
Tidak mudah menjadi pro, karena pasti akan
banyak kritik dan rintangan. Seringkali rintangan itu dari diri sendiri.
Mungkin kita sudah merasa puas diri dan nyaman dengan kehidupan sebagai amatir,
dan itu wajar saja. Tidak jarang juga amatir menyalahkan orang lain atau
suasana misalnya keluarga, teman, bos yang tidak mendukung hobi kita. Amatir biasanya
mundur dari hobinya kalau bertemu rintangan-rintangan, kalau pro lanjut terus,
malah menularin orang-orang yang tadinya tidak mendukung he he he.. Berita
baiknya, menjadi pro itu gratis. Kita hanya perlu mengubah pandangan kita dan
kebiasaan kita. Keputusan menjadi pro itu imbalannya besar. Kita bisa menggapai
impian dan melakukan apa yang benar-benar kita cintai.
Pro:
§ Berkonsentrasi tinggi, rutin praktik
§ Mementingkan kedalaman suatu foto/cerita.
§ Konsisten menghasilkan karya yang baik
§ Siap dan bersedia untuk menempuh jalan yang sulit dengan tujuan
mendapatkan hasil foto yang bagus
§ Mendapatkan banyak rintangan tapi tidak cepat mundur dan putus asa
Amatir:
§ Sering teralihkan perhatiannya (distracted), hasil foto tidak
konsisten dan biasanya tergantung mood
§ Membutuhkan pengakuan dari kelompok, teman atas hasil karyanya
§ Takut fotonya kurang bagus/kurang diterima, takut terlalu bagus
sehingga dikritik atau dikucilkan
§ Berusaha mencari jalan pintas supaya fotonya bagus, salah satunya
dengan membeli alat fotografi yang mahal
§ Saat menemukan rintangan, amatir cepat menyerah dan berhenti
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment